The Best Quote - Happiness

Happiness comes from deep inside our heart. If you put your hope on others, then be prepared to be left, be prepared to be betrayed.
We will be happy if we accept, love and respect ourselves, and want to accept others.

Click Here for Full Script
Showing posts with label Story of Life. Show all posts
Showing posts with label Story of Life. Show all posts

Monday, March 10, 2008

Capek Hidup!

Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."

Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian sang Master.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah
betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ilangsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Begitu rileks, begitu santai!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!

Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu" .
Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.

Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?"
Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang
telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati
setiap detik kehidupan.

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian.
Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!

Hidup? bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul? tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati

Monday, October 29, 2007

Nilai Seikat Kembang

Nilai Seikat Kembang
---------------------


Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum.

Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, "Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"

Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.

Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata,

"Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.

"Apa, maaf?" tanya wanita itu denga gusar.

"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang. Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.

"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.

Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"

Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.

Dari cerita diatas saya jadi teringat doa Bunda Teresa yang sangat Ilahi, semoga kita bisa memberi lebih banyak!

Tuhan,
Saat rasa lapar menderaku,
Datangkanlah seseorang yang Membutuhkan Makanan.

Saat duka menghimpitku,
Kirimkanlah seseorang yang butuh penghiburan.

Saat salibku (pencobaan) terasa makin berat,
Izinkanlah aku menanggung salib orang lain juga.

Saat hanya diriku yang kupikirkan,
bawalah pikiranku kepada penderitaan orang lain.

(Mother Teresa)

Tuesday, October 23, 2007

Apakah Tuhan Menjanjikan Anda Pasangan?

Jennifer adalah seorang wanita lajang dalam komunitas gereja saya. Dia berusia 36 tahun dan sering mengeluh bahwa hidupnya semakin jatuh, sudah 6 tahun berlalu sejak putus dengan pacarnya, dan kehidupan cintanya tetap "kosong". Jennifer meragukan apakah kapasitas hatinya masih ada untuk mencintai. Keletihan emosional inilah yang menyebabkan kebenciannya yang terpendam pada Tuhan semakin membusuk. Setelah 2 tahun menghadiri kebaktian secara rutin, tiba-tiba dia menghilang. Tiga bulan kemudian, saya bertemu dengannya di sebuah restoran, saya bertanya apakah dia telah berpindah gereja. Dia menjawab, "Tidak, aku tidak pergi ke gereja manapun. Aku tidak bisa menyembah Tuhan yang meninggalkan aku dalam kesepian." Jennifer menyimpulkan bahwa jika dia akan membiarkan Tuhan kembali dalam hidupnya, sebaiknya Dia membawakannya seorang suami, dan cepat.

Apakah Tuhan menjanjikan kita pasangan? Alkitab mengatakan "ya" dengan menggambarkan orang-orang Kristen sebagai mempelai Kristus. Pasangan sejati kita adalah Yesus. Namun banyak dari kita mengatakan, "Saya senang menikah secara rohani kepada Dia, namun saya tak bisa merasakanNya. Tidakkah lebih baik jika saya bisa menikmati cinta Tuhan dengan seseorang yang bisa disentuh?" Jadi kita berdoa kepada Tuhan untuk membawakan kita pasangan manusia.

Pencarian saya akan pasangan berubah menjadi lingkaran rasa frustasi setelah saya melalui beberapa pergumulan dalam hubungan saya dan seorang pacar yang mengabaikan saya selama 6 bulan hubungan kami. Saya mulai meragukan apakah Tuhan benar-benar peduli pada kehidupan percintaan saya. Setiap kali saya merasa kesal karena status lajang saya, saya akan duduk dan mengeluh pada Tuhan atas ketidak-adil an dalam kehidupan sosial saya. Saya pikir logis untuk mengharapkan seorang istri dari Dia yang mempunya kuasa yang tak terbatas.

Kapanpun saya meminta Tuhan segera memberikan saya pasangan, bagaimanapun juga sepertinya Dia membisikkan pertanyaan ini dalam hati saya: "Rob, apakah kasih dari Yesus cukup bagimu? Apakah kamu telah mengalami pengampunanKu dengan utuh dan penerimaan tanpa syarat untuk memuaskan hatimu?" Saya menjawab, "Saya sangat bersyukur atas kasihMu Tuhan, tapi saya hanya menginginkan seorang istri." Saya yakin bahwa hati saya membutuhkan kasih sayang dari seseorang untuk membuat saya merasa utuh. Dalam hal ini, saya menilai kasih dari manusia lebih besar daripada kasihNya.

Satu hari, saya mulai melihat kembali seluruh hidup saya, termasuk beberapa hubungan saya yang tidak berhasil di masa lalu. Dalam setiap situasi, hubungan dimulai dengan romantisme namun berakhir begitu saja. Tidak peduli dengan siapapun, masalahnya seputar ini, entah saya yang terlalu menuntut atau dia yang tidak bisa menerima saya apa adanya. Tiba-tiba, sesuatu menyentak pikiran saya. Saya berpikir, "Kenapa saya begitu mengejar pernikahan padahal itu tidak bisa menyediakan cinta tanpa syarat yang diinginkan hati saya? Hanya Tuhan yang menawarkan segala yang saya butuhkan."

Dengan perspektif baru ini, saya melepaskan tuntutan saya untuk segera menikah kepada Tuhan. Saya masih ingin menemukan pasangan suatu saat nanti, tapi saya tidak lagi menganggap pernikahan adalah sesuatu yang penting untuk membuat hidup saya utuh. Jika saya tetap melajang sampai sepanjang sisa hidup saya, itu tidak apa-apa, karena Tuhan berjanji untuk memenuhi hati saya.

Saat kita menuntut Tuhan untuk memberi kita pasangan, kita membatasi Dia untuk meningkatkan kehidupan sosial kita. Kemarahan dalam diri kita membangun tembok antara kita dengan Tuhan. Jika kita mau jujur dengan diri sendiri, kita akan menyadari bahwa tuntutan kita untuk pernikahan adalah sebuah penolakan terhadap cinta Tuhan karena kita menginginkan keinginan egois kita terpenuhi. Tuhan tidak akan pernah berhenti mencintai kita, namun kita mengabaikan Dia saat kita dengan putus asa mencari manusia lain untuk membuat kita bahagia dan merasa utuh.

Lebih jauh lagi, apapun yang kita jadikan sebagai tempat bergantung untuk mendapatkan kebahagiaan akan mengendalikan kita dan mengemudikan hidup kita. Jika kita mempercayai bahwa kita membutuhkan pasangan manusia untuk menjadi puas dan bisa bersyukur, maka orang-lah (dan bukan Tuhan) yang akan mengarahkan kehidupan kita.

Tuhan memang memegang kendali atas semuanya, tapi Dia tidak ikut campur hanya untuk membuat hidup kita menjadi mudah. Dia tidak punya alasan untuk membuat seorang wanita muncul di hadapan dan jatuh cinta dengan saya. Namun Tuhan mau menggunakan kuasaNya untuk membuat saya menjadi makin dewasa, menjadi seseorang yang berinisiatif untuk memberikan cinta dan berkorban bagi orang lain. Saya mau mendapatkan cinta, sementara Tuhan sedang mengajar saya untuk memberikan cinta.

Sama halnya dengan saya, Tuhan sedang bekerja dalam hidup anda untuk bertemu dan mengasihi orang lain. Bagaimanapun juga , anda-lah yang memutuskan siapa yang anda terima dan siapa yang anda tolak. Saat anda berinteraksi dengan orang lain, anda bebas untuk menentukan arah dari hubungan anda. Anda dapat memilih untuk bersikap romantis , hanya menjadi teman, atau mengakhiri hubungan anda dan berpisah. Sementara itu, orang lain pun bisa memutuskan, dimana itu berarti orang lain juga dapat menentukan hasil akhirnya. Intinya, sebuah hubungan tidak akan berkembang kecuali kedua pihak memutuskan untuk mencintai satu sama lain. Dengan kata lain, jika anda atau orang lain membuat keputusan yang egois, hubungan anda mungkin akan menjadi hancur.

Keinginan untuk menikah adalah keinginan yang wajar, namun konsekuensi dari hidup dalam dunia yang sudah jatuh dapat mencegah orang untuk mencapai tujuan itu. Contohnya, anda bisa saja mendekati seseorang secara romantis, namun orang itu mungkin memilih untuk mengabaikan anda, sebuah kondisi atau penyakit mungkin menghalangi anda, atau mungkin orang itu memutuskan untuk meninggalkan anda. Dosa dari kemanusiawian kita dapat membuat halangan- halangan atas relationship yang bagus. Dan mengapa hidup itu terkadang begitu sulit? Mengapa Tuhan tidak menggunakan kekuatanNya untuk melindungi kita dari rasa sakit? Sebenarnya , Tuhan sedang bekerja, namun dengan cara yang berbeda dari yang kita sadari.

Tuhan menggunakan kuasaNya untuk mendorong orang agar saling mengasihi satu sama lain, namun Dia juga mengijinkan kita untuk membuat keputusan-keputusan egois yang bisa melukai kita sendiri. Tuhan mengijinkan keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan agar kita bisa mengalami kehendak bebas. Tanpa kehendak bebas, anda dan saya hanya menjadi robot yang mati. Tapi untungnya, Tuhan membatasi kekuasaanNya untuk membiarkan kita membuat keputusan sendiri dalam hidup.

Kehendak bebas kita tidak akan melebihi kemahakuasaanNya, karena Mazmur 37:23 mengatakan, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya." Tuhan begitu berkuasa sehingga Dia mengijinkan anda untuk memilih dan masih dapat ikut campur di dalamnya untuk mendatangkan kebaikan bagi kemuliaan namaNya.

Mengapa kehendak bebas itu begitu penting? Tuhan ingin anda menikmati cinta sejati, dan cinta sejati tidak dapat ada tanpa sebuah pilihan atau keputusan. Jika anda dipaksa untuk mencintai Tuhan atau orang lain, maka cinta akan menghilang, dan anda akan berada di bawah manipulasi.

Kehendak bebas adalah bahan dasar dari cinta yang sejati. Saya menyadari kebenaran ini ketika saya tidak mendapatkan pasangan untuk pesta prom saya waktu masih SMA. Saya telah bertanya dan mengajak beberapa gadis, tapi semuanya menolak. Empat hari sebelum hari H, teman saya memberitahu bahwa ada seorang gadis bernama Tiffany yang juga membutuhkan pasangan untuk prom. Meskipun sebenarnya saya tidak tertarik pada gadis ini, namun akhirnya saya mengajaknya juga, karena dia pilihan terakhir.

Selama pesta prom, kami sama-sama berusaha bersikap sopan, tapi makin lama makin jelas kalau kami memang tidak merasa tertarik satu sama lain. Kami tidak berbicara selama makan malam, kami tidak berdansa berdua, dan kami tidak tersenyum saat kami difoto. Kami hanya terdiam selagi duduk bersama, dan masing-masing memandang pada orang yang kami sukai. Lewat peristiwa itu, saya belajar bahwa cinta tidak akan ada kecuali kedua pihak dengan bebas memilih untuk bersama.

Maka dengan demikian, menemukan pasangan tidak akan terjadi dengan menuntut Tuhan melakukan keajaiban dengan membawa seseorang ke depan pintu rumah anda. Pernikahan bukanlah suatu proses yang sudah ditetapkan sebelumnya secara misterius. Tuhan mengijinkan kita untuk membuat keputusan, apakah kita akan mencintai atau meninggalkan. Tuhan membawa orang-orang melintasi jalan anda dan membuka kesempatan bagi anda untuk mencintai mereka, namun Dia membiarkan anda mengatur respon-respon anda terhadap hubungan-hubungan yang ada.

Dengan demikian, sebuah pernikahan melibatkan kebebasan memilih untuk mencintai orang lain. Anda dapat meningkatkan kesempatan anda bagi romantisme dengan keluar dan memilih untuk memberikan kasih pada orang lain. Atau, anda dapat menjadi egois dan menghancurkan prospek hubungan anda. Kualitas dari kehidupan sosial anda tergantung dari pilihan-pilihan yang anda buat.

Apakah Tuhan menjanjikan anda pasangan? Ya, sebagai mempelai dari Yesus Kristus. Apakah Tuhan menjanjikan anda pasangan dunia? Tidak, karena menemukan pasangan adalah sebuah proses, dimana 2 orang memutuskan untuk mengorbankan diri mereka masing-masing untuk kebaikan pasangan nya. Jadi, jangan biarkan keinginan untuk menikah mengontrol hidup anda, atau anda akan merasa frustasi karena anda tidak dapat mengendalikan masa depan atau kehendak bebas dari orang lain.

Tuhan ingin agar pernikahan rohani anda menjadi dasar dan sumber utama anda bagi cinta dan penerimaan tanpa syarat. Hubungan manusiawi anda merupakan jalan untuk mengekspresikan kasihNya kepada orang lain. Tuhan mungkin saja tidak memberikan romantisme yang bergairah di bumi, tapi Dia menjanjikan kehidupan yang penuh gairah untuk dinikmati bersama denganNya.

Gunakan pertanyaan-pertanyaa n di bawah ini untuk melihat apakah keinginan anda untuk menikah telah menjadi sebuah tuntutan:

Apakah saya berusaha menemukan pasangan yang dapat membuat saya merasa lebih baik dengan diri saya sendiri?
Bisakah saya merasa utuh dan bersyukur kepada Tuhan dalam kondisi lajang saya?
Apakah saya bersikap apatis atau sinis terhadap hubungan-hubungan dengan lawan jenis?
Apakah saya takut terhadap kemungkinan untuk tidak akan pernah menikah?
Apakah cinta dari Yesus Kristus cukup untuk saya?

Jika keinginan anda untuk menikah telah berubah menjadi satu tuntutan, renungkanlah ayat-ayat berikut ini: Filipi 4:6-13 dan 2 Korintus 12:9-10.

Thursday, July 26, 2007

DON'T PUSH ME TO GET MARRIED SOON


Dear All

Boleh sharing ?

Berdasarkan pengalaman pribadi( hehehe) memiliki pasangan (pacar or tunangan) dengan menikah itu bisa berbedaa banget

Saya termasuk orang yang cepet banget punya pasangan Dan masa pacaran yang pertama itu nyaris 10 tahun dari SMP sampai kuliah(hihihiï). Tapi gak tau kenapa, dari awal saya udah merasa bahwa pacar yang ini bukan calon suami yang akan mendampingi saya sesisa umur saya. Padahal dia tuh orangnya baiiiiiiik banget .sabaaaaar bangeeeet.ngertiiiiiiiiiiiin banget dan banyak hal-hal baiiiiiiiik banget yang dia miliki. Hanya saja sejalan dengan perkembangan umur perkembangan minat perkembangan lain-lain saya merasa bahwa dia tidak akan mampu mendampingi saya yang maunya banyaaaaaaaaak banget. Jadinya kita pun putus baik-baik dengan perencanaan tanpa rame-rame ( walaupun akhirnya seluruh keluarga geger abis)dan membutuhkan waktu hampir 2 tahun untuk menyelesaikan banyak hal

Kemudian saya kenal dengan suami saya sekarang ini. Masa pacaran juga lamaaaa banget...sekitar 3 or 4 tahun gitu...pokoknya udah bikin semua ilfil...bosen...dan cape nanya...( tapi aku keukeuh sukeukeuh...tidak tergoda untuk menanggapi)...Calon mertua juga udah cape nanya, cape mengancam...cape ngeliat kita gak jelas juntrungannya...Teman-teman, sodara, calon gebetan ( belum sempet nggebet siiih...) sudah berdebar-debar menunggu...jalan terus apa bubar. Sampai akhirnya...tiba-tiba saya mau aja diajakin married...

Begitulah...begitu married...astaga...kemana itu yang namanya pacaran tahun-tahunan...Yang namanya pacar sama suami itu beda banget...(hehehe...maaf para suami !). Mungkin dia juga mikir...pacar sama isteri juga bedaaaaa banget. Padahal...rasanya waktu pacaran itu semua stok sifat buruk udah keluar semua...(iyalah. ..pacaran segitu lama...rumah juga gak jauh-jauh amat...masih satu lingkungan...hikksss...). Tapi ternyata ada modifikasi sifat...ada kebutuhan baru yang nggak kepikiran sebelumnya. Contoh paling sederhana...jaman pacaran sih kita (cewek) seneng aja membuatkan minuman buat sang pacar. Giliran married...duuuh...bangun tidur diminta bikinkan coklat susu sementara kita juga masih nguanttuuuukkkk...(tau aja kan manten baru...)...rasanya darah udah naik ke kepala...Trus...karena belum punya pembokat (walaupun udah misah rumah sama mertua)...kita kan harus cuci pakaian sendiri. Tuuhh si Tuan besar enak aja
ngelempar celana sama bajunya ke pojokan kamar...Duaaaar...apa gak kepala mo meledak rasanya ? Biasa kan kamar cewek tuh rapi dan teratur...tiba-tiba jadi kayak kapal pecah ! Masih ada lagi dosanya...kalo mencet odol...pasti dari tengah...dan gak pernah ditutup lagi !!!! ( ...setelah saya baca di banyak artikel mengenai pria...ternyata urusan mencet odol ini memang sudah menjadi bagian perilakunya...hahaha...)...kalo nonton tv kerjanya mainin remote control sampe kita senewen ngeliatnya...kalo udah berkutat sama hobinya kita ditinggalin begitu saja...

Hal-hal kecil itu...dan kadang ada hal besar juga...memang menjadi agenda dan kurikulum perkawinan. Lima tahun pertama... urusannya masih perang antar suku...(silang pendapat, pertandingan egoisme, mencari jati diri sebagai isteri dan suami)...Lima tahun kedua...urusannya udah mulai ke visi dan misi mengenai pendidikan anak...Lima tahun ke tiga...urusannya udah ke pengembangan karier dan rumahtangga..(udah mulai numpuk-numpuk kekayaan...hehehe...)...Lima tahun ke empat urusannya udah masa depan anak...mo kemana niih anak kita...jadi udah kembali ke siklus hidup kita yang awal lagi...

Kenapa perkawinan bisa bertahan ?
Jawabnya sederhana : karena komitmen !!


Kita berkomitmen untuk hidup bersama dengan orang yang sangat berbeda dengan kita. Kita berkomitmen untuk mengisi segi-segi yang kurang dari pasangan kita. Sama seperti kita juga menerima dia untuk mengisi kekurangan kita. Justru semakin banyak kekurangan pasangan kita, maka semakin berguna hidup kita. Dan semakin banyak kekurangan kita, semakin banyak kita menerima dari pasangan kita. Kekurangan itu tidak semakin berkurang dengan bergulirnya waktu...tapi terus bertambah. Dan kita pun akan semakin banyak harus mengisi kekurangan pasangan kita, sementara kita juga semakin banyak menerima dari pasangan kita.

Kalau kita sudah malas berkomitmen, maka perkawinan sudah diambang pembubaran. Tidak perlu menunggu orang kedua atau ketiga. Semua itu ada dari dalam diri kita sendiri.

Jadi begitulah...Kalo memang belum siap berkomitmen...biar pun pacaran 10 tahun...20 tahun...seyogyanya nggak usah married. Biar aja orang lain yang cape komentar. Toh yang akan menjalankan hidup berkeluarga nanti adalah kita berdua...dan kelak anak-anak kita juga. Memang ada yang bilang, ngapain pacaran lama-lama...kalau sudah ada yang mau ya langsung saja. Itu juga oke...bagaimana kita mampunya aja berkomitmen.

Ada yang bilang, perkawinan itu seperti main judi. Tapi judi kan seperti tebak-tebakan. Untung-untungan. Padahal perkawinan bisa dipelajari. Saya bilang, perkawinan itu seperti sekolah tanpa akhir...tanpa ijazah...Tiap hari kita belajar, tiap hari kita ujian...dan uji ketahanannya harus seumur hidup.

Satu hal...tidak ada perkawinan yang ideal ! Setiap pasangan memiliki pola sendiri. Jadi kita sendirilah yang membuat perkawinan itu mau ideal apa tidak. Jadi jangan mencontek perkawinan orang lain...karena kita bukan menikah dengan salah satu pasangan yang ideal itu...dan kita pun bukan pasangan ideal dari orang yang ideal di luar sana. Yang cocok untuk orang lain, belum tentu ideal untuk kita. Yang cocok untuk kita, belum tentu ideal buat orang lain.

Buat yang sudah married...mohon maaf kalau tidak sesuai dengan pakemnya.
Untuk yang belum married...go ahead...hidup ini punyamu sendiri kok...Memilih menikah sekarang atau besok, adalah pilihan hidup masa depan...Kalau mau belajar coba-coba ya monggo...ntar yang sengsara kan diri sendiri...

Oke rekanz...thanks buat sharingnya...

Rgds,

Monday, July 16, 2007

Mawar

Mawar merah adalah kecintaannya, … nama orangnya sendiri juga “Mawar”. Dan setiap tahun suaminya selalu mengirimkan mawar-mawar itu, diikat dengan pita indah. Pada tahun suaminya meninggal, … dia mendapat kiriman mawar lagi. Kartunya tertulis “Be My Valentine like all the years before”.

Sebelumnya, setiap tahun suaminya mengirimkan mawar, dan kartunya selalu tertulis, “Aku mencintaimu lebih lagi tahun ini, … Kasihku selalu bertumbuh untukmu seturut waktu yang berlalu …” Dia tahu ini adalah terakhir kali suaminya mengirimkan mawar-mawar itu. Dia tahu suaminya memesan semua itu dengan bayar di muka sebelum hari pengiriman. Suaminya tidak tahu kalau dia akan meninggal. Dia selalu suka melakukan segala sesuatu sebelum waktunya. Sehingga ketika suaminya sangat sibuk sekalipun,segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik.

Lalu Mawar memotong batang mawar-mawar itu dan menempatkan semuanya dalam satu vas bunga yang sangat indah. Dan meletakkan vas cantik itu disebelah potret suaminya tercinta. Kemudian dia akan betah duduk berjam-jam dikursi kesayangan suaminya sambil memandangi potret suaminya dan bunga-bunga mawar itu.

Setahun telah lewat, dan itu adalah saat yang sangat sulit baginya. Dengan kesendiriannya dijalaninya semua. Sampai hari ini Valentine ini.. Beberapa saat kemudian, bel pintu rumahnya berbunyi,… seperti hari-hari Valentine sebelumnya Ketika dibukanya, dilihatnya buket mawar di depan pintunya. Dibawanya masuk,dan tiba-tiba seakan terkejut melihatnya.

Kemudian dia langsung menelpon toko bunga itu… Ditanyakannya kenapa ada seseorang yang begitu kejam melakukan semua itu padanya, membuat dia teringat kepada suaminya..dan itu sangat menyakitkan …

Lalu pemilik toko itu menjawabnya, “Saya tahu kalau suami Nyonya telah meninggal lebih dari setahun yang lalu. Saya tahu anda akan menelpon dan ingin tahu mengapa semua ini terjadi … Begini Nyonya, … bunga yang anda terima hari ini sudah di bayar di muka oleh suami anda. Suami anda selalu merencanakan nya dulu dan rencana itu tidak akan berubah. Ada standing order di file saya, dan dia telah membayar semua… maka anda akan menerima bunga-bunga itu setiap tahun. Ada lagi yang harus anda ketahui, … Dia menulis surat special untuk anda … ditulisnya bertahun-tahun yang lalu…dimana harus saya kirimkan kepada anda satu tahun kemudian jika dia tidak muncul lagi di sini memesan bunga mawar untuk anda… Lalu, tahun kemarin, saya tidak temukan dia di sini, … maka surat itu harus saya kirimkan setahun lagi … yaitu tahun ini, … surat yang ada bersama dengan bunga itu sekarang… bersama dengan Nyonya saat ini.” Mawar mengucapkan terima kasih dan menutup telepon,… dia langsung menuju ke buket bunga mawar itu,…

Sedangkan air matanya terus menetes. Dengan tangan gemetar diambilnya surat itu Di dalam surat itu dilihatnya tulisan tangan suaminya menulis, “Dear kekasihku, … Aku tahu ini sudah setahun semenjak aku pergi. Aku harap tidak sulit bagimu untuk menghadapi semua ini. Kau tahu, semua cinta yang pernah kita jalani membuat segalanya indah bagiku, Kau adalah istri ang sempurna bagiku. Kau juga adalah seorang teman dan kekasihku yang memberikan semua kebutuhanku. Aku tahu ini baru setahun, … Tapi tolong jangan bersedih …Aku ingin kau selalu bahagia, … Walaupun saat kau hapus air matamu … Itulah mengapa mawar-mawar itu akan selalu dikirimkan kepadamu. Ketika kau terima mawar itu, ingatlah semua kebahagiaan kita, dan betapa kita begitu diberkati … Aku selalu mengasihimu … dan aku tahu akan selalu mengasihimu … Tapi, … istriku, kau harus tetap berjalan … kau punya kehidupan… Cobalah untuk mencari kebahagiaan untuk dirimu. Aku tahu tidak akan mudah tapi pasti ada jalan. Bunga mawar itu akan selalu datang setiap tahun, … dan hanya akan berhenti ketika pintu rumahmu tidak ada yang menjawab dan pengantar bunga berhenti mengetuk pintu rumahmu … Tapi kemudian dia akan datang 5 kali hari itu, takut kalau engkau sedang pergi … Tapi jika pada kedatangannya yang terakhir dia tetap tidak menemukanmu … Dia akan meletakkan bunga itu ke tempat yang ku suruh … meletakkan bunga-bunga mawar itu ditempat dimana kita berdua bersama lagi.. untuk selamanya …

I LOVE YOU MORE THAN LAST YEAR, … HONEY …”

Sometimes in life, you find a special friend;
Someone who changes your life just by being part of it;
Someone who makes you laugh until you can’t stop;
Someone who makes you believe that there really is good in the world;
Someone who convinces you that there really is an unlocked door just waiting for you to open it.
This is Forever Friendship …

Sunday, July 15, 2007

Cinta yang Hampir Punah

"Cinta yg hampir Punah"


Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yg cuma berkamar satu. Sahabat2ku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu2. Aku adalah seorang pengantin pria yg sangat bahagia.

Ini adalah kejadian 10 tahun yg lalu. Hari2 selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening: Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut.

Ia adalah pegawai sipil. setiap pagi kami berangkat kerja bersama2 dan sampai dirumah juga pada waktu yg bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yg tidak kusangka2.

Dee hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yg cerah. Aku berdiri di balkon. dengan Dee yg sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. ini adalah apartment yg kubelikan untuknya.

Dee berkata , "kamu adalah jenis pria terbaik yg menarik para gadis. "Kata2nya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis. " Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu2. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dee dan berkata, "kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor" Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin.

Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yg baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.

Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama2. Atau, Aku akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dee. Ini
adalah hiburan bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "seandainya kita bercerai, apa yg akan kau lakukan? " Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yg sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.

Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dee baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia.. Ia kelihatan sedikit kecurigaan Ia berusaha tersenyum pada bawahan2ku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dee berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu2 lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,"Ada sesuatu yg harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba2 aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. "aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata2ku, tapi ia bertanya secara lembut,"kenapa?" "Aku serius. " Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki2!" .

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yg telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yg memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dee.

Dengan perasaan yg amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yg telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yg asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yg telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku,dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh2 telah terjadi ..

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran .Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat2 dari perceraiannya: ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita? Pertanyaan ini tiba2 mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku . Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu", katanya,

"jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongkuku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu ."Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yg telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.

Aku memberitahukan Dee soal syarat2 perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yg ia lakukan,ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. Kata2nya membuatku merasa tidak enak.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,"wah, papa membopong mama, mesra sekali" Kata2nya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.

Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita."Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, Kami begitu dekat sampai2 aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi.beberapa kerut tampak di wajahnya. Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "kebun diluar sedang dibongkar.hati2 kalau kamu lewat sana."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.

Bayangan Dee menjadi samar. Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,seperti,dimana ia telah menyimpan baju2ku yg telah ia setrika, aku harus hati2 saat memasak, dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Dee tentang ini.

Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya, "kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang"

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa
menemukan yg cocok. Lalu ia melihat,"semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum.Tapi tiba2 aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit.

Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya membopong mama keluar" Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yg penting . Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur,melewati ruang duduk ke teras Tangannya memegangku secara lembut dan alami. aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua" Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga.

Dee membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dee, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku."Kamu tidak demam". Kutepiskan tanganya dari dahiku"maaf, Dee,Aku cuma bisa bilang maaf padamu, Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai2 dari kehidupan,bukan disebabkan kami
tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan
menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu" Dee tiba2 seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dgn kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor.

Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku Penjual bertanya apa yg mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis :
" Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua.."

Cinta itu Sabar

Cinta itu Sabar


Dulu aku punya kekasih... sebut saja dia Anis... *samaran* tadinya dia tuh Lesbi "dalam artian suka sesama jenis" not sex lho ya..
nah aku mulai mendekat ke dia.. dan akhirnya dia suka aku... ya dah jadian deh... gimana ya.. dia itu org nya aneh si....
bahkan, waktu valentine aku dicium mulut di dalam kelas pula...

aku merasa dia suka aku... bahkan saat aku mau putusin juga dia nekad mau bunuh diri.... aku bingung, sumpah deh...

aku akui dia cantik.... pernah jadi none di sekolah...
aku akui dia pintar.... sekarang dia jurusan psikolog UI... *lah kok...
aku akui dia sporti... tim basketnya pernah juara sejakarta...
aku akui dia cerdas... juara 1 bahasa perancis di Bali....
kurang apa lagi? ya itu cinta...

aku kurang mencintainya.... why?... karna aku belum siap....
aku masi "suka" kekasihku yg dahulu... *putus karna bokapnya pindah kerja, mesti tinggal beda pulau* ya sudah.. ada Anis... yg deketin aku...

waktu liburan SMU, retret ke Puncak... aku seksi konsumsi sama Anis... pulang beli makanan, basah kuyub kena air ujan... anak2 pada pergi ke air terjun... jadi di tinggalin ber-2 di villa... rada angker... jadi dia memutuskan mandi di kamarku.... tau2 dia kluar kamar mandi cuman pake handuk... langsung... jebrett... polos di depanku... ngeliat tapi kaget campur bengong, mikir macem2 dah... jgn jgn ada setan neh....

setelah aku agak tenang, aku mendekatinya... "nis pake baju kamu" dia diem aja... "nis, apa-apaan si?" akhirnya aku makein dia celana dalam,
pakaian dalam, baju sama celana.. swt... kek anak kecil dah.... asli setiap jengkal badannya aku liat bagusnyaa... bagus bangeddd... dalam benakku.. andai.. ahhh... aku buang jauh2 pikiran itu... fiuhh selese juga makein dia pakean... lalu aku cium keningnya... dia cuman menunduk malu, "ya aku suka kamu wis..."

aku berkata lagi, "nis, kamu suka sama aku, tapi bukan begini caranya... cinta itu ga harus memiliki seperti ini, aku ingin hatimu..." lalu dia tampak tersenyum... *bukan sok munafik, tapi beginilah aku.... * kalau saat itu aku menurut nafsu... mungkin aku dah punya anak... ahauhauha.... swt bgt kalo SMU dulu dah punya anak...

*Sampai suatu ketika aku sakit di opname, sakit Hepatitis...*
mirip HULK... tapi kalau HULK itu hijau, nah aku kuning hahhaha.... setelah dari ruangan khusus apa tuh namanya lupa... aku trus di pindahin ke Ruang Umum kelas 1.... tapi lebih asik... kebetulan di biayai oleh perusahaan tempat kerja bokap, katanya “gratis” hehehe… soalnya 1 kamar aku sendirian.... ada kulkas, kamarmandi, ac, tv... dan dia ada terus di sampingku dari pagi sampai malam... malam sampai pagi lagi...
disuruh pulang ga mau...

kalau malam waktu berkunjung telah usai... ada suster masuk, dia ngumpet di kamar mandi sebentar... *nekad* suster cuman cek sebentar trus keluar, dia tidur lagi di seblah ku sambil nonton acara TV... kebetulan kamarku ada 2 spring bed... dan seblah ku kosong... dia bawa tas pakaian sama laptop, laptop katanya biar aku ga bosen... kadang dia yg main game tantra online... kadang aku yg browsing-browsing... dia suka tidur disana menemani aku sampai malam... biar aku ga bosen...

tengah malam, tiba2 aku terbangun…ngeliat ke kanan ada Anis lagi tidur… disaat tidurnya, wajahnya tampak lugu, tampak tulus niatnya... disitu aku sadar... aku sering mengeluh tentang dia... tapi Dia sama sekali ga pernah mengeluh tentang aku... ciuman Valentine itu membuktikan cintanya di depan semua orang... seolah menyatakan dirinya hanya milikku….

dia memang gila... tapi gila hanya untuk ku.... bahkan dia mau memberikan Jiwa-nya untukku... kadang sikapku nyakitin perasaannya... tapi dia nahan dengan senyuman... aku ga kebayang betapa pedih hatinya... tapi dia masi bertahan... betapa banyak aku melukai perasaannya... tapi dia masi tetap setia..

di saat aku menyanjung pacarku yg dulu.... dia masi perhatian mendengarkan aku, walau itu terasa Perih... sedangkan aku? aku apa yg aku perbuat? saat dia yg bercerita, aku hanya menjawab dingin.... tapi mengapa dia masi bisa bertahan? kenapa? Kenapa Anis?

aku serasa mau nangis.... aku merasa bersalah... apabila Hawa di ciptakan untuk menemani Adam... aku ga sadar telah mematahkan tulang rusukku sendiri.... belahan diriku... ya Tuhan... apa yg sudah aku perbuat?

Saat aku menitikkan air mata... aku bener2 sedih dan terharu…. saat aku sedih tengah malam itu, dia tiba2 membuka mata.… Aku agak tersentak, kenapa kejadiannya pas banged sih ? Dan kenapa dia bisa merasakannya, sampai ikut terbangun??? seperti ada benang yg menghubungkan kami….

"ehh.. wis, kamu gpp? ga sakit khan? aku panggil suster ya?" aku cepat2 meraih tangan nya.... lalu aku duduk di tempat tidur lalu mencium keningnya... aku tambah sedih, teringat selama bersamanya aku baru 3x menciumnya... waktu valentine itu, di puncak, sama sekarang... aku berkata, "aku gpp kok nis, kamu lanjut bobo aja ya..." dia jwb dgn lega "ohh ya sudah, aku kira tadi kenapa2, dasar... kaget tau..." aku berkata, "gpp kok, bobo gih dah malem gini..." dia jawab, "ya udah...", dia lanjut bobo di kasurnya...

aku teringat pepatah:
aku rasa dia ga mau mencari orang yg sempurna untuk dicintai…
tapi dia ingin mencintai orang ga sempurna ini dgn cara yg sempurna...
dan aku rasa cinta sejati itu adalah pilihan...
dan mungkin dia telah memilih aku sebagai pilihannya...

saat aku bangun, tau-tau dia ada di Kursi seblahku... astaga… dgn tangan masi meluk aku, kepalanya diatas badanku... aku memegang kepalanya... belai rambutnya... aku tiup kepalanya lagi... ngusap2 pipinya... sentil kupingnya, tapi dia ga bangun2... aku rasa dia cukup cemas menjagaku, waktu aku tidur tadi malam...

Aku mengajarinya tentang, "Cinta tak harus memiliki"
tapi dia mengajariku lebihhh... lebih dari yg semestinya....
ia mengajariku tentang "Kesetiaan, Perhatian dan Kasih"...

Saturday, June 30, 2007

Manusia Bahagia Bila....

This motivation quote is the best that i've ever found. You just could be happy if you think that you're happy. And don't bother to depend on other person. They could leave you, or even, betray you. So, Be HAPPY everyday!

---------------------------------------------

Manusia Bahagia Bila....


Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti.
Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai.
Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.

Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.
Manusia buta karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.

Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati.
Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan.
Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan nomor satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.

Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalau berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati.
Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.

Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.

Monday, June 25, 2007

Pernikahan yang Bahagia

Pernikahan yang Bahagia


This is indeed a beautiful story. Enjoy reading it and have a nice day ahead

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.

Setiap sore, ibu selalu membungkukkan nbadan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun. Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.

Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak,
ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.

Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami. Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.

Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan. Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.

Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?

Pengorbanan yang dianggap benar.

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan -lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.

Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati. Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .

Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel?

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan mereka.

Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
Yang kamu inginkan ?

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya...
Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya, Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?
Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku. Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu....dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya. Semua itu tidak penting-lah!ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.

Jalan kebahagiaan

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.

Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup. Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota.

Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing. Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia. Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.

Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.

Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik pasti dapat diharapkan.

Friday, June 15, 2007

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu." Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu." Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi. Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat,saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."

Wednesday, May 30, 2007

DID I MARRY THE RIGHT PERSON?

DID I MARRY THE RIGHT PERSON?


(Dr. John C. Maxwell)

During one of our seminars, a woman asked a common question. She said, "How do I know if I married the right person?" I noticed that there was a large man sitting next to her so I said, "It depends. Is that your husband?" In all seriousness, she answered "How do you know?"

Let me answer this question because the chances are good that it's weighing on your mind.

Here's the answer: EVERY relationship has a cycle. In the beginning, you fell in love with your spouse. You anticipated their call, wanted their touch, and liked their idiosyncrasies.

Falling in love with your spouse wasn't hard. In fact, it was a completely natural and spontaneous experience. You didn't have to DO anything. That's why it's called "falling" in love... Because it's happening TO YOU.

People in love sometimes say, "I was swept of my feet." Think about the imagery of that expression. It implies that you were just standing there; doing nothing, and then something came along and happened TO YOU. Falling in love is easy. It's a passive and spontaneous experience.

But after a few years of marriage, the euphoria of love fades. It's the natural cycle of EVERY relationship. Slowly but surely, phone calls become a bother (if they come at all), touch is not always welcome (when it happens), and your spouse's idiosyncrasies, instead of being cute, drive you nuts.

The symptoms of this stage vary with every relationship, but if you think about your marriage, you will notice a dramatic difference between the initial stage when you were in love and a much duller or even angry subsequent stage.

At this point, you and/or your spouse might start asking, "Did I marry the right person?" And as you and your spouse reflect on the euphoria of the love you once had, you may begin to desire that experience with someone else. This is when marriages breakdown. People blame their spouse for their unhappiness and look outside their marriage for fulfillment.

Extramarital fulfillment comes in all shapes and sizes. Infidelity is the most obvious. But sometimes people turn to work, church, a hobby, a friendship, excessive TV, or abusive substances. But the answer to this dilemma does NOT lie outside your marriage. It lies within it. I'm not saying that you couldn't fall in love with someone else. You could.

And TEMPORARILY you'd feel better. But you'd be in the same situation a few years later. Because (listen carefully to this):
THE KEY TO SUCCEEDING IN MARRIAGE IS NOT FINDING THE RIGHT PERSON; IT'S LEARNING TO LOVE THE PERSON YOU FOUND.

SUSTAINING love is not a passive or spontaneous experience. It'll NEVER just happen to you. You can't "find" LASTING love. You have to "make" it day in and day out. That's why we have the expression "the labor of love." Because it takes time, effort, and energy. And most importantly, it takes WISDOM. You have to know WHAT TO DO to make your marriage work.

Make no mistake about it. Love is NOT a mystery. There are specific things you can do (with or without your spouse) to succeed with your marriage.

Just as there are physical laws of the universe (such as gravity), there are also laws for relationships.
Just as the right diet and exercise program makes you physically stronger, certain habits in your relationship WILL make your marriage stronger.
It's a direct cause and effect. If you know and apply the laws, the results are predictable. .. you can "make" love.

Love in marriage is indeed a "decision".. . Not just a feeling.
"Though you cannot go back and make a brand new start, my friend. Anyone can start from now and make a brand new end."
Powered By Blogger